PENGARUH KEBIASAAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN DEMENSIA PADA LANJUT USIA

Authors

  • sri hidayati Poltekkes Kemenkes Semarang
  • Ahmad Baequny Poltekes Kemenkes Semarang

DOI:

https://doi.org/10.31983/juk.v5i1.13037

Keywords:

Aktifitas fisik, Demensia, lansia

Abstract

Demensia merupakan salah satu perubahan struktur dan fungsi fisik pada lansia. Demensia bukan merupakan penyakit namun qodrat alam yang dapat dialami manusia terutama orang yang sudah lanjut usia. Demensia pada lansia memiliki banyak faktor resiko, seperti umur, tingkat pendidikan, tekanan darah, asupan nutrisi, genetik, jenis kelamin dan kurangnya aktivitas fisik. Meskipun menua adalah suatu keadaan yang tidak bisa dihindari atau ditolak, namun demensia dapat dikelola sehingga dapat menurunkan kemungkinan demensia. Usia menjadi faktor resiko yang paling penting dalam perjalanan demensia. Suatu penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa satu dari 12 orang yang berusia lebih dari 65 tahun dan satu dari 3 orang yang berusia diatas 90 tahun akan mengalami demensia. Selain usia, berbagai faktor lain juga mempengaruhi angka kejadia serta prevalensi demensia. Studi tentang pengaruh aktifitas secara spesifik dalam mempengaruhi demensia belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kebiasaan aktifitas fisik terhadap kejadian demensia pada lanjut usia di Kota Pekalongan. Penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh lansia yang terdaftar di wilayah  Puskesmas Tirto Kota Pekalongan sejumlah 165 orang. Sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus Rao sejumlah 65 responden dan sistem pemilihan sampel dengan Simple Random Sampling. Analisa data dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan aktifitas fisik berpengaruh terhadap kejadian demensia pada lansia (OR sebesar 0,684). Aktivitas dan latihan fisik yang teratur dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit demensia karena dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lanjut usia. Seseorang yang melakukan aktifitas fisik juga cenderung memiliki memori yang lebih tinggi daripada yang jarang beraktifitas.Disarankan kepada lansia untuk membiasakan melakukan aktifitas fisik secara rutin untuk menurunkan resiko terjadinya demensia.

References

Alzeimer’s Associatiom 2007. Alzeimer’s fact and Figures 2007.diakses dari www.dementia-in europe

Darmojo, R.H., Martono, H. H. 2010. Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Effendi, A. D., Mardijana, A., & Dewi, R. (2014). Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Kejadian Demensia pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan Vol. 2 , 332-336

Feldman HH, Jacova C, Robillard A, et al. Diagnosis and Treatment of Dementia. Review CMAJ 2008; 178 ( 7 ) : 825 – 36.

Hermiana, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Demensia Pada Lansia Di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Pagar Dewa Bengkulu. Skripsi.www.scribd.com/doc/127469182

Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman pengelolaan kegiatan kesehatan di Kelompok lanjut usia, Jakarta. Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan : Kementrian Kesehatan RI, 2013 : 2 - 5, 9, 12.

Larasati, T. L. (2013). Prevalensi Demensia di RSUD Raden Mattaher Jambi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. http://studylibid.com/doc/209771/prevalensi-demensia-di-rsud-raden-mattaher-jambi

Nugroho, W. 2008. Perawatan Usia lanjut. Jakarta: EGC

Prabowo. 2014. Buku ajar Keperawatan jiwa, Yogyakarta.Nuha Medika.

Rahmawati & Puspitasari.2005. Pengaruh jenis kelamin, pendidikan dan status perkawinan terhadap terjadinya Demensia pada lansia, Yogyakarta.

Stanley, M. & Patricia G. Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik ed. 2. Jakarta: EGC.

Setiawan, DI, Hendro B dan Michael K. 2014. Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian demensia pada lansia di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado. Jurnal Kesehatan. FK Universitas Sam Ratulangi.

Rakhmawati dkk,2015. Dukungan Keluarga pada Lansia yang mengalami Demensia.https://www.google.co.id/search?q=dukungan+kleuarga+pada+lansia+yang+mengalami+demensia&oq=dukungan+kleuarga+pada+lansia+yang+mengalami+demensia.

Small GW 2002. What we need to know abaout age related memory loss.BMJ. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1123445/

Sugiono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Wahyuni A,2016. Pengaruh aktivitas dan latihan fisik terhadap fungsi kognitif pada penderita Demensia. Diakses tgl 9 November 2018 http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/873/784

World Helath Organization. The ICD – 10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Diagnostic Criteria for Research. Geneva : WHO, 1993, < www.who.int/classifications/icd/en/GRNBOOK.pdf icd 10

WHO 2012. Dementia of publik health priority. http://www.who.int/ mental_health/neurology/dementia/dementia_thematicbrief_executive summary.pdf.

Yuli Aspiani R. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Trans Info Media. Jakarta.

Downloads

Published

2025-06-18

Issue

Section

Articles