Pengaruh Insidens DBD dan Status Endemisitas Terhadap Frekuensi Fogging

Authors

  • Mela Firdaust (SCOPUS ID: 58297181500), Dept. of Environmental Health, Poltekkes Kemenkes Semarang
  • Arif Widyanto Dept. of Environmental Health, Poltekkes Kemenkes Semarang
  • Fauzan Ma'ruf Dept. of Environmental Health, Poltekkes Kemenkes Semarang

DOI:

https://doi.org/10.31983/keslingmas.v44i3.13721

Keywords:

DBD, Fogging, Status endemisitas

Abstract

Penyakit DBD merupakan penyakit arbovirosis yang masih menjadi masalah di tingkat global. Faktor risiko penyebab penyakit DBD antara lain; curah hujan tinggi, kelembaban tinggi, terdapat vektor penular penyakit, ketersediaan potensial breeding, serta kepadatan penduduk. Kabupaten Banyumas merupakan wilayah endemis DBD, ini berarti bahwa terdapat kasus DBD setiap tahun dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut. Penelitian ini ingin menjelaskan kausalitas antara insidens DBD dan stratifikasi endemisitas terhadap frekuensi fogging. Jenis penelitian ini adalah penelitian observational dengan rancang bangun crossectional. Data yang digunakan adalah kasus DBD (2019-2021), status endemisitas wilayah dan frekuensi fogging di Kabupaten Banyumas. Data dianalisis dengan path analysis AMOS. Hasil menunjukkan bahwa Pengujian variabel Insiden DBD (X) terhadap stratifikasi endemisitas (Y1) memperoleh nilai estimasi yang signifikan (b = - 0,079; p < 0.05). Path analysis ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung insiden DBD terhadap stratifikasi endemisitas wilayah. Pengujian variabel stratifikasi endemisitas (Y1) terhadap frekuensi fogging (Y2) memperoleh nilai estimasi yang signifikan (b = -2,184; p <0,05). Path analysis ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh langsung stratifikasi endemisitas wilayah terhadap frekuensi fogging. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung incidens DBD terhadap stratifikasi endemisitas DBD serta terdapat pengaruh langsung stratifikasi endemisitas terhadap frekuensi fogging. Peningkatan Insidens DBD di suatu wilayah dapat berkontribusi pada penentuan status endemisitas wilayah tersebut. Jika sebuah wilayah dengan status endemis dimana terdapat kasus DBD terus menerus dalam kurun waktu 3 tahun maka intensitas pengendalian vektor di wilayah tersebut juga akan tinggi dengan demikian memungkinkan wilayah yang endemis akan dilakukan fogging lebih banyak dibanding dengan wilayah non endemis. 

Author Biography

Mela Firdaust, (SCOPUS ID: 58297181500), Dept. of Environmental Health, Poltekkes Kemenkes Semarang

   

References

WHO. Dengue and Severe Dengue [Internet]. 2021. Available from: https://www.who.int/

Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta: Ministry of Health Republic of Indonesia; 2021. 139 p.

BPS Banyumas. Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2021. Purwokerto: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas; 2021. 417 p.

Dinkes Kabupaten Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2020. Dinas Kesehatan Banyumas. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2021.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun 2020 [Internet]. Vol. 3511351, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2021. 61 p. Available from: https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2020/09/Profil-Jateng-tahun-2019.pdf

Budiman B, Oetami H. Surveilan Kesehatan Masyarakat: Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Cimahi. Dimasejati. 2020;2(2):214–33.

Dinkes Kabupaten Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2019. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2020.

Dinkes Kabupaten Banyumas. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2021. Purwokerto: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas; 2022.

Junaidi J. APLIKASI AMOS dan STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM). Sari H, editor. Makassar: UPT Unhas Press; 2018.

Firdaust M, Yudhastuti R, Mahmudah, Notobroto HB. Predicting dengue incidence using panel data analysis. J Public Health Afr. 2023 May 25;14(S2).

Widiarti W, Lasmiati L. Beberapa Aspek Entomologi Pendukung Meningkatnya Kasus DBD di daerah Endemis di Jawa Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2015;14(4):309–17.

Sunaryo S, Ikawati B, Puspita Ningsih D. Distribusi Spasial Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Balaba [Internet]. 2014 Jun;10(01):1–8. Available from: http://www.pikiran-rakyat.com/node/260536.

Kusuma AP, Sukendra DM. Analisis Spasial Kejadian Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Kepadatan Penduduk. Unnes Journal of Public Health. 2016;5(1):48.

Masrizal, Sari NP. Analisis Kasus DBD Berdasarkan Unsur Iklim dan Kepadatan Penduduk Melalui Pendekatan GIS di Tanah Datar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas . 2016;10(2):166–71.

Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Fogging. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2022.

Sihite R. Komparasi Derajat Resistensi Nyamuk Aedes Sp Terhadap Cypermethrin pada Daerah Paling Banyak Fogging dan Belum Pernah Fogging di Wilayah Eks Kotatif Purwokerto Tahun 2019. Purwokerto; 2019.

Yee LY, Heryaman H, Faridah L. The relationship between frequency of fogging focus and incidence of dengue hemorrhagic fever cases in Bandung in year 2010-2015. Int J Community Med Public Health. 2017 Jan 25;4(2):456.

Kesetyaningsih TW, Kusbaryanto, Sulityo B, Listyaningrum N, Satoto TBT. Fogging Effectiveness Based on Time and Location of DHF Cases (Study in Sleman Regency). Kemas. 2023;18(3):408–15.

Downloads

Published

2025-09-03